My Journal.
To start this post I felt awful, very awful, because my loved brown journal has gone. Like ever. This journal had belonged to me ever since I was at first grade senior year. Everything about my dreams, thoguhts, mumble, cursesss *ups*, were written straight right there. I believed I was just put it home, but then I couldn't find it. Dammit.
Hard to say that I'm such a thinker, not good, frankly, the bad ones, that's why everything that happens, already happened, and my expectations of something which will be happened always linger in my head. What a mess!!
So, I can't hold it anymore, posting this kind of feelin will calm me down, since I can't write it in my journal. Deep condolance! *respect*
This past few months had already been another ___time yet ____. Why?
Kembali pakai bahasa ibu saja ya. Saya merasa apa yang sudah saya rasakan selama ini bukan hal yang sebenarnya saya rasakan. Bukan kata hati saya kata orang orang mah.
Memanipulasi diri sendiri. Saya berkesimpulan begitu. Saya berkata ikhlas dkk dan tetek bengek nya, namun kata hanya kata bukan hal yang diyakini dari dalam hati. Rapuh rupanya.
Satu bulan, Ramadhan, di tahun ini lagi lagi menjadi waktu yang tidak bisa saya manfaatkan dengan maksimal karena hal tersebut kembali muncul setelah satu tahun lamanya, tidak berkabar. Saya kira saya sudah sembuh, saya kira saya sudah kembali ke titik nol. Ternyata bulsit semuanya bro. Kembali dihantam dan dihadapkan fakta yang mengingatkan saya akan beberapa kejadian yang lalu masih mempengaruhi diri saya secara langsung. Dampak yang buruk: emosi dan amarah.
Dua tahun yang sudah saya lalui bagaikan hilang di telan bumi. Manusia tak tau diuntung, manusia tak tau bersyukur. Itu umpatan yg sering melintas di pikiran saya kepada diri saya sendiri. Dua tahun ini saya merasa semuanya baik baik saja, namun tidak kenyataannya.
Lalu saya berpikir, apakah ini penyebab saya selalu merasa dan menganggap semua hal main main? Merasa bahagia di atas segala, merasa sudah melewati ujian terberat dalam hidup saya. Merasa posisi ini adalah posisi ternyaman dalam hidup saya. Merasa semua sudah dalam kontrol dan ready-go tanpa harus ada effort yang perlu saya lakukan. Hahahahaaha syubidubida~ stupd
Well, sekarang semua kebahagiaan yang menutupi kenyataan satu per satu mulai pergi, memperjelas hal yang sebenarnya.
Happiness: Kenyamanan. Comfortable.
Berfikir bahwa hal tersebut adalah kebahagiaan saya. Berfikir bahwa hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memutuskan segalanya. Wah salah pengertian dikau bung, coba tilik lebih dalam lagi
Kenyamanan yg saya rasakan dahulu bukan hal yang sebenarnya saya rasakan *kalimat ini kembali lagi*
Kenyamanan ini tertutupi oleh positive feelings yang kabur kabur nyata menutupi yg sebenarnya
Saya kurang (atau bahkan tidak) mendengar kata hati. Belum berdamai dengannya. Apalagi dengan semua mimpi mimpi yg telah saya tinggalkan untuk dilupakan atau saya tunda
Menyalahkan pihak kedua dan ketiga atas segala yg telah terjadi, yg saya rasakan saat ini. Grow up you little sheep
Melupakan kehendak dan betapa hebatnya pengaruh Dia di hidup lo. Inalillahi. Tobat plis
Sekarang yang harus dilakukan adalah melepas semuanya, menerima semua hal yang sudah terjadi selama ini. Semua milik Tuhan, semua kembali padaNya. Cinta, mimpi, keluarga, rezeki dan diriku ini
Laut menunggu untuk diarungi, masih ada beribu pulau yang belum dijelajahi, pun sekarang kapal siap berangkat!
Huffff lega juga.
*R